Jumat, 03 Mei 2013

Teori Behaviorisme


Albert Bandura
Bandura tergolong tokoh yang boleh dikatakan muda dan yang terkenal dengan teorinya yang kemudian disebut Teori Sosial-Belajar. Teori-teori yang dikemukakannya mempengaruhi pula meluasnya teknik-teknik psikoterapi dengan dasar teori belajar untuk melakukan perubahan-perubahan tingkah laku.
Salah satu asumsi dasar teori kognisi social Bandura adalah bahwa manusia cukup fleksibel dan mampu mempelajari berbagai sikap, kemampuan, dan perilaku, serta cukup banyak dari pembelajaran tersebut yang merupakan hasil dari pengalaman tidak langsung.
Pembelajaran Melalui Observasi
Menurut Bandura, dalam situasi social ternyata orang bisa belajar lebih cepat dengan mengamati atau melihat tingkah laku orang lain. Manusia mengobservasi fenomena alami, tumbuhan, hewan, air terjun, pergerakan bulan dan bintang-bintang, dan lainnya. Tetapi yang penting bagi teori kognitif social adalah asumsi bahwa mereka belajar melalui observasi perilaku orang lain.Bandura yakin bahwa pembelajaran melalui observasi lebih efisien dari pada belajar melalui pengalaman langsung.
Modelling
Inti dari pembelajaran melalui proses observasi adalah modeling. Modeling lebih dari sekedar mencocokan perilaku dari orang lain, melainkan merepresentasikan secara simbolis suatu informasi dan menyimpannya untuk digunakan di masa depan (Bandura, 1986, 1994)
Proses yang Mengatur Pembelajaran Melalui Observasi
Bandura mengemukakan empat komponen dalam proses pembelajaran melalui observasi yakni :
Ø  Perhatian
Sebelum melakukan peniruan terlebih dahulu, orang menaruh perhatian terhadap model yang akan ditiru. Keinginan untuk meniru model karena model tersebut memperlihatkan atau mempunyai sifat dan kualitas yang hebat, yang berhasil, anggun, berkuasa dan sifat-sifat lain. Keinginan memperhatikan dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan dan minat-minat pribadi
Ø  Representasi
Representasi simbolik tidak perlu dalam bentuk verbal, karena beberapa observasi dipertahankan dalam bentuk gambaran dan dapat dimunculkan tanpa adanya model secara fisik. Walaupun begitu, pengodean secara verbal akan meningkatkan kecepatan proses pembelajaran melalui observasi.
Ø  Produksi Perilaku
Setelah memperhatikan seorang model dan mempertahankan apa yang telah di observasi, kemudian kita memproduksi perilaku tersebut. Dalam proses mengubah representasi kognitif ke dalam tindakan yang tepat, kita harus bertanya pada diri kita beberapa pertanyaan mengenai perilaku yang akan ditiru.
Ø  Motivasi
Pembelajaran melalui observasi paling efektif terjadi apabila pihak yang belajar termotivasi untuk melakukan perilaku yang ditiru. Perhatian dan representasi dapat berakibat pada pengumpulan informasi untuk belajar, namun performa difasilitasi oleh motivasi untuk melakukan perilaku tertentu.

Triadic Reciprocal Causation
Konsep Bandura mengenai triadic reciprocal causation. Fungsi manusia merupakan hasil interaksi antara perilaku (behaviour), Variabel manusia (person variable) dan lingkungan (environment).
Agen Manusia
Agen manusia adalah esensi dari kemanusiaan. Bandura yakin bahwa manusia bersifat meregulasi diri sendiri, proaktif, merefleksikan diri dan dapat mengatur diri sendiri serta mempunyai kekuatan untuk memengaruhi tindakan mereka sendiri untuk menghasilkan konsekuensi yang diinginkan.
Efikasi Diri
Bagaimana manusia bertindak dalam suatu situasi bergantung pada hubungan timbale balik dari perilaku, lingkungan, dan kondisi kognitif, terutama faktor-faktor kognitif yang berhubungan dengan keyakinan bahwa mereka mampu atau tidak mampu melakukan sesuatu perilaku yang di perlukan untuk menghasilkan pencapaian yang diinginkan dalam suatu situasi. Bandura (1997) menyebut ekspektasi ini sebagai efikasi diri (self-efficacy)
Agen Proxy
Proxy meliputi control yang tidak langsung atas kondisi social yang dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari. Bandura (2001) mengatakan bahwa “tidak ada orang yang mempunyai waktu, energy, dan sumber daya untuk dapat menguasai semua aspek kehidupan sehari-hari. Untuk dapat berfungsi dengan sukses, seharusnya melibatkan kombinasi ketergantungan pada agen proxy dalam beberapa area fungsi.”
Efikasi Kolektif
Bandura (2000) mendefinisikan efikasi kolektif sebagai “keyakinan yang dimiliki manusia mengenai efikasi kolektif mereka untuk mencapai hasil yang diinginkan”. Dengan perkataan lain efikasi kolektif adalah kepercayaan orang-orang bahwa usaha mereka bersama akan membawa suatu pencapaian kelompok.
Regulasi diri
·         Eksternal
ü  Standar untuk evaluasi prilaku. Adanya faktor lingkungan berinteraksi dengan pengaruh personal
ü  Cara mendapatkan penguatan. Penghargaan instrinsik tidak cukup, karna butuh insentif yang di dapatkan dari faktor luar.
·         Internal
ü  Judgemental proses atau penilaian diri
ü  Observasi diri
ü  Reaksi diri

Moral Agency
·         Membantu orang lain
·         Tidak menyakiti orang lain.

Daftar Pustaka :
Feist, J dan Feist, Gregory. J. 2011. Teori kepribadian, edisi 7. Jakarta: Salemba Humanika
Semiun, Y. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta : Kanisius
Singgih D. Gunarsa. 2008. Dasar dan Teori Perkmbangan anak  .Jakarta: PT BPK Gunung Mulia


Teori Psikoanalisis


Carl Gustav Jung
Carl Gustav Jung (1875-1961), rekan awal freud yang lain, juga merasa tidak setuju terhadap pokok-pokok dasar yang di kemukakan Freud. Ia memisahkan diri dari Freud untuk membentuk Aliran Psikologi Analitik. Sumbangan-sumbangannya yang utama berpusat sekitar hal-hal yang berikut.
·         Teori libido
Libido adalah energy kehidupan, tetapi ia juga secara berganti-ganti memakai libido dengan energy psikis. Energy psikis yang dikemukakan Jung tidak pertama-tama bersifat seksual. Energy psikis itu menjalankan karya kepribadian dan merupakan manifestasi energy kehidupan, yakni energy organisme sebagai sistem fisiologis. Energy psikis sama seperti halnya dengan seluruh energy yang sangat penting berasal dari proses-proses tubuh metabolis.
·         Kesadaran (Ego)
- Sama seperti kesadaran Freud
- tanda-tanda persepsi, ingatan-ingatan, pikiran-pikiran, perasaan sadar
·         Ketidaksadaran:
a. Ketidaksadaran personal
- Freud’s Preconscious & Unconscious
- Pengalaman2 yg pernah disadari tapi dilupakan atau diabaikan atau lemah
- Materi ketidaksadaran personalà “Kompleks” merupakan akumulasi dari kumpulan gagasan yang diwarnai dengan perasaan.
 b. Ketidaksadaran kolektif
-          Kondisi psikis yg potensial, diturunkan dari generasi ke generasi.
-          Deeper level of the unconscious
-          Komponen strukturalà Arketipe (Archetype)
  
·         Arktipe
Pola emosi yang telah terbentuk lama yang muncul sebagai reaksi atas pengalaman-pengalaman. Mempengaruhi manusia untuk bereaksi dengan cara-cara yang dapat diprediksi pada stimulus tertentu
Konsep lain: Persona, Shadow, Anima, Animus, Great mother, Wise old man, Hero dan Self.
v  PersonaàSisi kepribadian yang ditunjukkan pada dunia.
v  Shadowà Arketipe dari kegelapan dan represi yg menampilkan kualitas-kualitas yg tidak kita akui keberadaannya, berusaha disembunyikan dari diri sendiri dan orang lain
v  Anima à Elemen feminin pada pria
v  Animusà Elemen maskulin pada wanita
v  Great motherà dorongan untuk kesuburan dan pengasuhan vs mengabaikan dan menghancurkan.
v  Wise old manà Arketipe dari kebijaksanaan dan keberartian yang menyimbolkan pengetahuan manusia akan misteri kehidupan
v  Hero (Pahlawan)à Arketipe pahlawan direpresentasikan sebagai sosok yg kuat, melawan kejahatan
v  Self (Diri)à Arketipe paling komprehensif, disimbolkan sebagai ide seseorang akan kesempurnaan, keutuhan dan kelengkapan.
·                  Dinamika Kepribadian
Ø  Kausalitas dan Teleologi
-          Freudà Kausalitas (sikap seseorang pada masa dewasanya bergantung pada pengalaman masa kecilnya)
-          Adlerà Teleologi (seseorang termotivasi oleh persepsi kesadaran dan ketidaksadaran dari tujuan akhir fiktif)
-          Jungà Kausalitas dan Teleologi harus seimbang.
Pendapat Jung pada keseimbangan terlihat dari konsepnya tentang mimpi.
Ø  Progresi dan Regresi
-          Progresià adaptasi kepada dunia luar. Manusia bereaksi secara konsisten terhadap kondisi lingkungan tertentu. 
-          Regresià adaptasi ke dalam. Langkah mundur yang diperlukan dalam sebuah perjalanan menuju kesuksesan.
·                  Tipe Psikologis (Sikap dan Fungsi)
Jung membedakan dua sikap atau orientasi utama kepribadian yakni:
            (i) Introversià mengarahkan seseorang ke dunia dalam, dunia subjektif
            (ii) Ekstroversià mengarahkan seseorang ke dunia luar, dunia objektif
            Jungà orang yang sehat secara psikologis akan mendapati dirinya berada dalam keseimbangan dari dua jenis sikap ini dan merasa nyaman dengan dunia internal dan eksternalnya.
-          4 fungsi tersebut:
            1. Sensing (fungsi yang memungkinkan manusia untuk menerima rangsangan fisik dan mengubahnya ke dalam bentuk kesadaran perseptual)
            2. Thinking (aktivitas intelektual logika yang dapat memproduksi serangkaian ide)
            3. Feeling (proses evaluasi sebuah ide atau kejadian)
            4. Intuiting (persepsi yang berada jauh di luar sistem kesadaran)
·                  Perkembangan Kepribadian
-          Tahap perkembangan dibagi menjadi 4 masa:
            1. Masa kanak-kanak
            2. Masa muda (youth)
            3.Masa pertengahan (paruh baya)
4. Masa tua (old age)
-          Masa kanak-kanak, dibagi menjadi 3 bagian :
1. Anarkis
Kesadaran yang kacau dan sporadis
2. Monarkis
Perkembangan ego dan mulainya masa berpikir secara logis dan verbal
3. Dualistis
Ego terbagi menjadi subjektif dan objektif, anak-anak menyadari dirinya sebagai orang pertama dan mulai sadar akan eksistensinya sebagai individu yang terpisah.
-        Jungà kepribadian berkembang melalui serangkaian tahap yang berujung pada sebuah keutuhan pribadi atau realisasi diri.
-          Kelahiran kembali psikologis disebut dengan realisasi diri atau individuasi.
àProses untuk menjadi seseorang atau seseorang secara utuh (proses penyatuan dua kutub menjadi sebuah individu yang homogen). Orang yang telah melewati proses ini telah meminimalkan persona mereka, mengenali anima dan animusnya serta telah mencapai keseimbangan introversi dan ekstraversinya.

Daftar Pustaka : 
Feist, J dan Feist, Gregory. J. 2011. Teori kepribadian, edisi 7. Jakarta: Salemba Humanika
Semiun, Y. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta : Kanisius

Teori Humanistik



Carl Ransom Rogers
Teori yang Berpusat pada Pribadi
Pada tahun-tahun awal, pendekatan yang dilakukan Rogers dikenal dengan “nondirective”, istilah tidak menyenangkan yang diasosiakan dengan namanya dalam waktu yang cukup lama. Kemudian, pendekatan tersebut memakai beragam istilah, antara lain pendekatan “yang berpusat pada klien” (client-centered), “yang berpusat pada pribadi” (person-centered), “yang berpusat pada siswa” (student-centered), “yang berpusat pada kelompok” (group-centered), dan “person-to-person”. Kita menggunakan penamaan yang berpusat pada klien untuk merujuk terapi Rogers dan istilah yang lebih luas, yaitu  person-centered untuk merujuk pada teori kepribadian Rogers.
Asumsi Dasar
1.      Kecenderungan Formatif
Rogers yakin bahwa terdapat kecenderungan dari setiap hal, baik organic maupun non-organik, untuk berevolusi dari bentuk yang sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks. Untuk alam semesta, terjadi sebuah proses kreatif, dan bukan proses disintegrasi. Rogers menyebut proses ini sebagai kecenderungan formatif dan banyak mengambil contoh-contoh dari alam. Sebagai contoh, galaks bintang yang kompleks terbentuk dari massa yang kurang terorganisasi dengan baik; Kristal seperti bunga es muncul dari uap yang tidak berbentuk ; organisme kompleks berkembang dari sebuah sel; dan kesadaran manusia merupakan evolusi dari ketidaksadaran primitive menjadi kesadaran yang teratur.
2.      Kecenderungan Aktualisasi
Asumsi yang yang saling berkaitan dan relavan adalah kecenderungan aktualisasi atau kecenderungan setiap manusia (selain hewan lain dan tanaman) untuk bergerak menuju keutuhan atau pemuasan dari potensi (Rogers, 1959,1980). Kebutuhan untuk memuaskan dorongan lapar , untuk mengekspresikan emosi mendalam yang mereka rasakan, dan untuk menerima diri seseorang adalah contoh-contoh dari motif aktualisasi. Kecenderungan untuk memelihara dan meningkatkan suatu organisme, termasuk ke dalam kecenderungan aktualisasi.
Diri dan Aktualisasi Diri
Menurut Rogers (1959), bayi mulai mengembangkan konsep diri yang samar saat sebagian pengalaman mereka telah dipersonalisasikan dan dibedakan dalam kesadaran pengalaman sebagai “aku” (“I”) atau “diriku” (“me”). Kemudian bayi secara bertahap menjadi sadar akan identitas dirinya saat mereka belajar apa yang terasa baik dan apa yang terasa buruk, apa yang terasa menyenangkan dan apa yang tidak.
Aktualisasi diri (self-actualization) merupakan bagian dari kecenderungan aktualisasi sehingga tidak sama dengan kecenderungan itu sendiri. Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri sebagaimana yang dirasakan dalam kesadaran.
Konsep diri
Konsep diri meliputi seluruh aspek dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari (walaupun tidak selalu akurat) oleh individu tersebut. Konsep diri tidak identik dengan diri organismik. Bagian –bagian dari diri organsmik berada di luar kesadaran seseorang atau tidak dimiliki oleh orang tersebut. Demikian pula, manusia dapat menyangkal beberapa aspek dalam dirinya seperti pengalaman dengan kebohongan, saat pengalaman tersebut tidak konsisten dengan konsep diri mereka.
Saat manusia sudah membentuk konsep dirinya, ia akan menemukan kesuliatan dalam menerima perubahan dan pembelajaran yang penting. Pengalaman yang tidak konsisten dengan konsep diri mereka, biasanya disangkal atau hanya diterima dengan bentuk yang telah didistorsi atau diubah.
Diri Ideal
Subsistem kedua dari diri adalah diri ideal, yang di definisikan sebagai pandangan seseorang atas diri sebagaimana yang diharapkannya. Diri ideal meliputi semua atribut, biasanya yang positif, yang ingin dimiliki oleh seseorang. Perbedaan yang besar antara diri ideal dan konsep diri mengindikasikan inkongruensi dan merupakan kepribadian yang tidak sehat. Individu yang sehat secara psikologis, melihat sedikit perbedaan antara konsep dirinya dengan apa yang mereka inginkan secara ideal.

Daftar Pustaka : Feist, J dan Feist, Gregory. J. 2011. Teori kepribadian, edisi 7. Jakarta: Salemba Humanika