·
Menurut Erik H Erikson
Teori perkembangan
menurut Erik h. Erikson sangat di pengaruhi oleh psikoanalisa freud (dalam
Irwanto, 1996). Beliau tidak mendasarkan teori perkembangannya pada libido,
melainkan pada pengaruh social budaya di lingkungan individu. Bagi Erikson,
krisis bukan merupakan malapetaka, tetapi suatu titik tolak perkembangan
psikososial Erikson dibagi menjadi delapan tahap.
a. Basic
Trust vs Basic Mistrust (0-1 tahun)
Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan
trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak
mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya,
tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu
kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia
bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda
asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi
situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.
b. Autonomy
vs Shame & Doubt (2-3 tahun)
Organ – organ tubuh
masa usia ini sudah lebih masak dan terkoordinasi. Anak dapat melakukan
aktivitas secara lebih meluas dan bervariasi oleh karena itu konflik yang di
hadapi anak dalam tahap ini adalah perasaan mandiri vs perasaan malu dan
ragu-ragu. Pengakuan, pujian, perhatian serta dorongan yang akan menimbulkan
perasaan, percaya diri, memperkuat egonya. Bila sebaliknya yang terjadi, maka
akan berkembang perasaan ragu-ragu. Kedua orang tua merupakan obyek social
terdekat bagi anak.
c. Initiative
vs Guilt (3-6 tahun)
Bila tahap sebelumnya
anak mengembangkan perasaan percaya diri dan mandiri, maka ia akan berani mengambil
inisiatif, yaitu perasaan bebas untuk melakukan segala sesuatu atas kehendak
sendiri. Tetapi bila pada tahap sebelumnya ia mengembangkan perasaan ragu-ragu,
maka ia akan selalu merasa bersalah. Ia tidak berani melakukan segala sesuatu
atas kehendak sendiri.
d. Industry
vs inferiority (6-11 tahun)
Masa Sekolah (School Age) ditandai
adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan
tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada
di lingkungannya. Anak sudah mulai mampu melakukan pemikiran logis. Dorongan
untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di
pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya
kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat
menyebabkan anak merasa rendah diri.
e. Indentity
vs role confusion (mulai 12 tahun)
Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat
masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Masa Remaja (adolescence)
ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan
ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang
dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri,
ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan
identitasdiri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan
berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai
penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di
satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar
terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan
pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang
diberikan kepada masing-masing anggota.
f. Intimacy
vs Isolation
Individu sudah mulai
mencari-cari pasangan hidup. Oleh karena itu, konflik yang dihadapi adalah
kesiapan untuk berhubungan secara akrab dengan orang lain vs perasaan terkuat.
Seseorang yang berhasil membagi kasih saying dan perhatian dengan orang lain
akan mendapatkan kemesraan dan keintiman. Sedang yang tidak dapat membagi kasih
akan merasa terasing atau terkecil.
g. Generativity
vs Self-absorbtion
Krisis yang dihadapi
individu pada masa ini adalah adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar
keluarganya, pengabdian masyarakat, dan manusia ada umumnya. Pengalamannya di
masa lalu dapat menyebabkan individu mampu berbuat banyak bagi kemanusiaan, khususnya
bagi generasi yang akan datang. Tetapi bila dalam tahap-tahap yang silam ia
memperoleh banyak pengalaman negative, maka ia mungkin terkurung dalam
kebutuhan dan persoalannya sendiri.
h. Ego
integrity vs despair
Krisis manusia terakhir
adalah integritas versus keputusasaan. Memasuki masa ini, individu akan
menengok ke masa lalu. Kepuasan akan prestasi, dan tindakan-tindakannya di masa
lalu akan menimbulkan perasaan puas. Bila ia merasa semuanya belum siap
dan/atau gagal, akan timbul kekecewaan yang mendalam.
·
Menurut Sigmund Freud
Fase-fase perkembangan
individu di dorong oleh energy psikis yang dinamakan libido. Libido adalah
energy psikis yang bersifat seksual dan sudah ada sejak bayi. Setiap tahap
perkembangan ditandai dengan fungsi dorongan-dorongan dari berbagai bagian
tubuh.
1. Fase
Oral (0-1 tahun)
Anak memperoleh
kepuasan & kenikmatan yang bersumber dari mulutnya
Contoh : Makan
2. Fase
anal
Pusat kenikmatan
terdapat di daerah anus terutama saat buang air besar. Fase ini tepat untuk
mengajarkan toilet treaining pada anak.
3. Fase
falik
Pusat kenikmatan
terdapat pada daerah kelamin. Anak mulai tertarik pada perbedaan anatomis
antara laki-laki dan perempuan. Pada anak laki-laki keterdekatan pada ibunya
menimbulkan gairah seksual & perasaan cinta disebut Oedipus Complex.
4. Periode
laten
Mengalami perkembangan
pesat pada aspek motorik dan kognitif. Anak laki-laki lebih banyak bergaul
dengan teman sejenis, demikian pula wanita. Fase periode homoseksual alamiah.
5. Fase
genital
Alat reproduksi sudah
mulai masak. Energy psikis (libido) diarahkan untuk hubungan heteroseksual.
Rasa cintanya pada anggota keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawan
jenis.
·
Menurut Allport
Menurut Allport, faktor utama tingkah lalu orang dewasa yang
matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan
membimbing tingkah laku menurut prinsip otonomi fungsional.
Kualitas Kepribadian yang matang menurut allport
sebagai berikut:
1. Ekstensi sense
of self
·
Kemampuan berpartisipasi dan menikmati kegiatan dalam jangkauan yang
luas.
·
Kemampuan diri dan minat-minatnya dengan orang lain beserta minat
mereka.
·
Kemampuan merencanakan masa depan (harapan dan rencana)
2. Hubungan hangat/akrab dengan orang lain
Kapasitas intimacy (hubungan kasih dengan
keluarga dan teman) dan compassion (pengungkapan
hubungan yang penuh hormat dan menghargai dengan setiap orang). Manusia yang
sehat secara psikologis memerlakukan orang lain dengan rasa hormat, serta
menyadari bahwa kebutuhan, keinginan, dan harapan orang lain merupakan hal yang
tidak sepenuhnya asing dengan milik mereka sendiri.
3. Penerimaan diri
Pribadi yang matang menerima diri mereka apa adanya, dan memiliki
apa yang disebut Allport (1961) sebagai keseimbangan emosional. Kemampuan untuk
mengatasi reaksi berlebih hal-hal yang menyinggung dorongan khusus (misal :
mengolah dorongan seks) dan menghadapi rasa frustasi, kontrol diri, presan
proporsional.
4. Pandangan-pandangan realistis, keahlian dan penugasan
Kemampuan memandang orang lain, objek, dan situasi. Kapasitas dan
minat dalam penyelesaian masalah, memiliki keahlian dalam penyelesain tugas
yang dipilih, mengatasi pelbagai persoalan tanpa panik, mengasihani diri, atau
tingkah laku lain yang merusak.
5. Objektifikasi diri: insight dan humor
Pribadi yang matang mengenal dirinya sendiri, sehingga tidak
mempunyai kebutuhan untuk mengatribusikan kesalahan dan kelemahannya kepada
orang lain. Kemampuan diri untuk objektif dan memahami tentang diri dan orang
lain. Humor tidak sekedar menikmati dan tertawa tapi juga mampu menghubungkan
secara positif pada saat yang sama pada keganjilan dan absurditas diri dan
orang lain.
6. Filsafat Hidup
Ada latar belakang yang mendasari semua yang dikerjakannya yang
memberikan tujuan dan arti. Contohnya lewat agama.
Sumber :
Dwi,
Riyanti B.P, dkk.1996.Psikologi umum 1.Jakarta:
Gunadarma
Feist,
jess dan Feist, Gregory. J. 2011. Teori
kepribadian, edisi 7. Jakarta: Salemba Humanika