Carl
Ransom Rogers
Teori yang Berpusat pada Pribadi
Pada
tahun-tahun awal, pendekatan yang dilakukan Rogers dikenal dengan “nondirective”, istilah tidak
menyenangkan yang diasosiakan dengan namanya dalam waktu yang cukup lama.
Kemudian, pendekatan tersebut memakai beragam istilah, antara lain pendekatan “yang
berpusat pada klien” (client-centered), “yang berpusat pada pribadi”
(person-centered), “yang berpusat pada siswa” (student-centered), “yang
berpusat pada kelompok” (group-centered), dan “person-to-person”. Kita menggunakan penamaan yang berpusat pada
klien untuk merujuk terapi Rogers dan istilah yang lebih luas, yaitu person-centered untuk merujuk pada
teori kepribadian Rogers.
Asumsi
Dasar
1.
Kecenderungan Formatif
Rogers
yakin bahwa terdapat kecenderungan dari setiap hal, baik organic maupun
non-organik, untuk berevolusi dari bentuk yang sederhana menjadi bentuk yang
lebih kompleks. Untuk alam semesta, terjadi sebuah proses kreatif, dan bukan
proses disintegrasi. Rogers menyebut proses ini sebagai kecenderungan formatif dan banyak mengambil contoh-contoh dari
alam. Sebagai contoh, galaks bintang yang kompleks terbentuk dari massa yang
kurang terorganisasi dengan baik; Kristal seperti bunga es muncul dari uap yang
tidak berbentuk ; organisme kompleks berkembang dari sebuah sel; dan kesadaran
manusia merupakan evolusi dari ketidaksadaran primitive menjadi kesadaran yang
teratur.
2.
Kecenderungan Aktualisasi
Asumsi
yang yang saling berkaitan dan relavan adalah kecenderungan aktualisasi atau
kecenderungan setiap manusia (selain hewan lain dan tanaman) untuk bergerak
menuju keutuhan atau pemuasan dari potensi (Rogers, 1959,1980). Kebutuhan untuk
memuaskan dorongan lapar , untuk mengekspresikan emosi mendalam yang mereka rasakan,
dan untuk menerima diri seseorang adalah contoh-contoh dari motif aktualisasi.
Kecenderungan untuk memelihara dan meningkatkan suatu organisme, termasuk ke
dalam kecenderungan aktualisasi.
Diri dan Aktualisasi Diri
Menurut
Rogers (1959), bayi mulai mengembangkan konsep diri yang samar saat sebagian
pengalaman mereka telah dipersonalisasikan dan dibedakan dalam kesadaran pengalaman sebagai “aku” (“I”)
atau “diriku” (“me”). Kemudian bayi secara bertahap menjadi sadar akan
identitas dirinya saat mereka belajar apa yang terasa baik dan apa yang terasa
buruk, apa yang terasa menyenangkan dan apa yang tidak.
Aktualisasi
diri (self-actualization) merupakan
bagian dari kecenderungan aktualisasi sehingga tidak sama dengan kecenderungan
itu sendiri. Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan
diri sebagaimana yang dirasakan dalam kesadaran.
Konsep diri
Konsep
diri meliputi seluruh aspek dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang
disadari (walaupun tidak selalu akurat) oleh individu tersebut. Konsep diri
tidak identik dengan diri organismik. Bagian –bagian dari diri organsmik berada
di luar kesadaran seseorang atau tidak dimiliki oleh orang tersebut. Demikian
pula, manusia dapat menyangkal beberapa aspek dalam dirinya seperti pengalaman
dengan kebohongan, saat pengalaman tersebut tidak konsisten dengan konsep diri
mereka.
Saat
manusia sudah membentuk konsep dirinya, ia akan menemukan kesuliatan dalam
menerima perubahan dan pembelajaran yang penting. Pengalaman yang tidak
konsisten dengan konsep diri mereka, biasanya disangkal atau hanya diterima
dengan bentuk yang telah didistorsi atau diubah.
Diri Ideal
Subsistem
kedua dari diri adalah diri ideal, yang di definisikan sebagai pandangan
seseorang atas diri sebagaimana yang diharapkannya. Diri ideal meliputi semua
atribut, biasanya yang positif, yang ingin dimiliki oleh seseorang. Perbedaan
yang besar antara diri ideal dan konsep diri mengindikasikan inkongruensi dan
merupakan kepribadian yang tidak sehat. Individu yang sehat secara psikologis,
melihat sedikit perbedaan antara konsep dirinya dengan apa yang mereka inginkan
secara ideal.
Daftar Pustaka : Feist,
J dan Feist, Gregory. J. 2011. Teori
kepribadian, edisi 7. Jakarta: Salemba Humanika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar