Jumat, 03 Mei 2013

Teori Humanistik



Carl Ransom Rogers
Teori yang Berpusat pada Pribadi
Pada tahun-tahun awal, pendekatan yang dilakukan Rogers dikenal dengan “nondirective”, istilah tidak menyenangkan yang diasosiakan dengan namanya dalam waktu yang cukup lama. Kemudian, pendekatan tersebut memakai beragam istilah, antara lain pendekatan “yang berpusat pada klien” (client-centered), “yang berpusat pada pribadi” (person-centered), “yang berpusat pada siswa” (student-centered), “yang berpusat pada kelompok” (group-centered), dan “person-to-person”. Kita menggunakan penamaan yang berpusat pada klien untuk merujuk terapi Rogers dan istilah yang lebih luas, yaitu  person-centered untuk merujuk pada teori kepribadian Rogers.
Asumsi Dasar
1.      Kecenderungan Formatif
Rogers yakin bahwa terdapat kecenderungan dari setiap hal, baik organic maupun non-organik, untuk berevolusi dari bentuk yang sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks. Untuk alam semesta, terjadi sebuah proses kreatif, dan bukan proses disintegrasi. Rogers menyebut proses ini sebagai kecenderungan formatif dan banyak mengambil contoh-contoh dari alam. Sebagai contoh, galaks bintang yang kompleks terbentuk dari massa yang kurang terorganisasi dengan baik; Kristal seperti bunga es muncul dari uap yang tidak berbentuk ; organisme kompleks berkembang dari sebuah sel; dan kesadaran manusia merupakan evolusi dari ketidaksadaran primitive menjadi kesadaran yang teratur.
2.      Kecenderungan Aktualisasi
Asumsi yang yang saling berkaitan dan relavan adalah kecenderungan aktualisasi atau kecenderungan setiap manusia (selain hewan lain dan tanaman) untuk bergerak menuju keutuhan atau pemuasan dari potensi (Rogers, 1959,1980). Kebutuhan untuk memuaskan dorongan lapar , untuk mengekspresikan emosi mendalam yang mereka rasakan, dan untuk menerima diri seseorang adalah contoh-contoh dari motif aktualisasi. Kecenderungan untuk memelihara dan meningkatkan suatu organisme, termasuk ke dalam kecenderungan aktualisasi.
Diri dan Aktualisasi Diri
Menurut Rogers (1959), bayi mulai mengembangkan konsep diri yang samar saat sebagian pengalaman mereka telah dipersonalisasikan dan dibedakan dalam kesadaran pengalaman sebagai “aku” (“I”) atau “diriku” (“me”). Kemudian bayi secara bertahap menjadi sadar akan identitas dirinya saat mereka belajar apa yang terasa baik dan apa yang terasa buruk, apa yang terasa menyenangkan dan apa yang tidak.
Aktualisasi diri (self-actualization) merupakan bagian dari kecenderungan aktualisasi sehingga tidak sama dengan kecenderungan itu sendiri. Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri sebagaimana yang dirasakan dalam kesadaran.
Konsep diri
Konsep diri meliputi seluruh aspek dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari (walaupun tidak selalu akurat) oleh individu tersebut. Konsep diri tidak identik dengan diri organismik. Bagian –bagian dari diri organsmik berada di luar kesadaran seseorang atau tidak dimiliki oleh orang tersebut. Demikian pula, manusia dapat menyangkal beberapa aspek dalam dirinya seperti pengalaman dengan kebohongan, saat pengalaman tersebut tidak konsisten dengan konsep diri mereka.
Saat manusia sudah membentuk konsep dirinya, ia akan menemukan kesuliatan dalam menerima perubahan dan pembelajaran yang penting. Pengalaman yang tidak konsisten dengan konsep diri mereka, biasanya disangkal atau hanya diterima dengan bentuk yang telah didistorsi atau diubah.
Diri Ideal
Subsistem kedua dari diri adalah diri ideal, yang di definisikan sebagai pandangan seseorang atas diri sebagaimana yang diharapkannya. Diri ideal meliputi semua atribut, biasanya yang positif, yang ingin dimiliki oleh seseorang. Perbedaan yang besar antara diri ideal dan konsep diri mengindikasikan inkongruensi dan merupakan kepribadian yang tidak sehat. Individu yang sehat secara psikologis, melihat sedikit perbedaan antara konsep dirinya dengan apa yang mereka inginkan secara ideal.

Daftar Pustaka : Feist, J dan Feist, Gregory. J. 2011. Teori kepribadian, edisi 7. Jakarta: Salemba Humanika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar